img source : http://portal.jogjaprov.go.id/ |
Manusia hidup
bermasyarakat memiliki suatu kebudayaan yang sangat dijaga baik secara sadar
maupun secara tidak sadar. Masyarakat dan kebudayaan merupakan dua buah hal
yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Hal tersebut dikarenakan
segala sesuatu yang ada di dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan.
Kebudayaan yang dimaksud banyak sekali macamnya. Beberapa diantaranya adalah
nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religious dan lainnya. Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Yogyakarta
adalah salah satu daerah yang memegang erat kebudayaan yang dimiliki.
Kebudayaan yang dimiliki oleh Yogyakarta merupakan salah satu asset masyarakat
yang dapat dikembangkan menuju arah perekonomian. Keterjagaan kebudayaan di
Yogyakarta merupakan nilai lebih yang berhasil diolah oleh masyarakat
Yogyakarta sendiri sebagai sesuatu yang sacral namun dapat membantu pergerakan
roda perekonomian masyarakat tersebut. Beberapa kebudayaan yang masih terjaga
adalah serangkaian peringatan Maulid nabi Muhammad SAW. Yogyakarta merupakan
daerah yang sarat sekali dengan klenik. Hal tersebut menjadikan kolaborasi yang
menjadi budaya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.
Seperti yang
telah banyak diketahui masyarakat umum, sekaten, yang merupakan salah satu
kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, memiliki cerita tersendiri.
Sekaten identik dengan pasar malam, tempat hiburan untuk rakyat. Suatu
event besar kerajaan yang menjadi magnet bagi rakyat untuk mengunjunginya.
Sekaten sendiri dalam sejarahnya memang diadakan dalam rangka menyebarkan
ajaran Islam, dimana kelahiran Nabi Mohammad SAW di pilih sebagai medianya.
Tradisi kuno ini telah dimulai sejak Kerajaan Demak dan berlangsung hingga
sekarang di Kasultanan Yogyakarta, dan Kasunanan Surakarta. Munculnya sekaten
merupakan sebuah kebudayaan bagi masyarakat Yogyakarta. Pada mulanya, sekaten
tidak dimaksudkan muncul begitu saja. Hal tersebut diawali dengan masuknya
Sunan Giri ke daerah Yogyakarta untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Giri
menyampaikan Islam dengan cara yang masyarakat sukai, yaitu sebuag pertunjukkan
gamela. Disela-sela pertunjukkan tersebut, disampaikan ceramah-ceramah ringan
sesuai kebutuhan masyarakat saat itu. Hingga akhirnya dari waktu ke waktu,
acara pertunjukkan gamelan tersebut mendapat banyak perhatian, sehingga
masyarakat dari berbagai pelosok berbondong-bondong mengahdiri acara tersebut. Seiring
bertambahnya pengunjung, maka secara tidak langsung banyak juga para pedagang
yang hadir dalam pertunjukkan gamelan tersebut.
source : http://portal.jogjaprov.go.id/ |
Dari sebuah
kebudayaan masyarakat Yogyakarta tersebut, dapat disaksikan bahwa masyarakat
memelihara sebuah kebudayaan tidak dengan suatu keharusan yang mengikat.
Masyarakat dapat secara tidak terbebani dapat memelihara kebudayaan tersebut.
Tradisi ini berlanjut hingga kerajaan-kerajaan Islam setelah era Kerajaan
Demak. Pada masa Kasultanan Yogyakarta berdiri, Sekaten menjadi event besar
kerajaan. Tempat rakyat berkumpul dan mencari hiburan, meski spirit syar Islam
tetap menjadi kegiatan utama. Dalam perkembangannya Sekaten kemudian menjadi
acara menarik yang tunggu-tunggu rakyat kerajaan. Acara yang seakan menjadi
kewajiban bagi rakyat untuk mengunjunginya, bahkan bagi mereka yang
berada di pelosok-pelosok atau di tempat-tempat yang jauh dari
pusat kerajaan. ***