BANNER

Yogyakarta dan Kebudayaan Sekaten

| 20150123


img source : http://portal.jogjaprov.go.id/

Manusia hidup bermasyarakat memiliki suatu kebudayaan yang sangat dijaga baik secara sadar maupun secara tidak sadar. Masyarakat dan kebudayaan merupakan dua buah hal yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Hal tersebut dikarenakan segala sesuatu yang ada di dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksud banyak sekali macamnya. Beberapa diantaranya adalah nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religious dan lainnya. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Yogyakarta adalah salah satu daerah yang memegang erat kebudayaan yang dimiliki. Kebudayaan yang dimiliki oleh Yogyakarta merupakan salah satu asset masyarakat yang dapat dikembangkan menuju arah perekonomian. Keterjagaan kebudayaan di Yogyakarta merupakan nilai lebih yang berhasil diolah oleh masyarakat Yogyakarta sendiri sebagai sesuatu yang sacral namun dapat membantu pergerakan roda perekonomian masyarakat tersebut. Beberapa kebudayaan yang masih terjaga adalah serangkaian peringatan Maulid nabi Muhammad SAW. Yogyakarta merupakan daerah yang sarat sekali dengan klenik. Hal tersebut menjadikan kolaborasi yang menjadi budaya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.
Seperti yang telah banyak diketahui masyarakat umum, sekaten, yang merupakan salah satu kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, memiliki cerita tersendiri. Sekaten identik dengan pasar malam, tempat  hiburan untuk rakyat. Suatu event besar kerajaan yang menjadi magnet bagi rakyat untuk mengunjunginya. Sekaten sendiri  dalam sejarahnya memang diadakan dalam rangka menyebarkan ajaran Islam, dimana kelahiran Nabi Mohammad SAW di pilih sebagai medianya. Tradisi kuno ini telah dimulai sejak Kerajaan Demak dan berlangsung hingga sekarang di Kasultanan Yogyakarta, dan Kasunanan Surakarta. Munculnya sekaten merupakan sebuah kebudayaan bagi masyarakat Yogyakarta. Pada mulanya, sekaten tidak dimaksudkan muncul begitu saja. Hal tersebut diawali dengan masuknya Sunan Giri ke daerah Yogyakarta untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Giri menyampaikan Islam dengan cara yang masyarakat sukai, yaitu sebuag pertunjukkan gamela. Disela-sela pertunjukkan tersebut, disampaikan ceramah-ceramah ringan sesuai kebutuhan masyarakat saat itu. Hingga akhirnya dari waktu ke waktu, acara pertunjukkan gamelan tersebut mendapat banyak perhatian, sehingga masyarakat dari berbagai pelosok berbondong-bondong mengahdiri acara tersebut. Seiring bertambahnya pengunjung, maka secara tidak langsung banyak juga para pedagang yang hadir dalam pertunjukkan gamelan tersebut.



source : http://portal.jogjaprov.go.id/


Dari sebuah kebudayaan masyarakat Yogyakarta tersebut, dapat disaksikan bahwa masyarakat memelihara sebuah kebudayaan tidak dengan suatu keharusan yang mengikat. Masyarakat dapat secara tidak terbebani dapat memelihara kebudayaan tersebut. Tradisi ini berlanjut hingga kerajaan-kerajaan Islam setelah era Kerajaan Demak. Pada masa Kasultanan Yogyakarta berdiri, Sekaten menjadi event besar kerajaan. Tempat rakyat berkumpul dan mencari hiburan, meski spirit syar Islam tetap menjadi kegiatan utama. Dalam perkembangannya Sekaten kemudian menjadi acara menarik yang tunggu-tunggu rakyat kerajaan. Acara yang seakan menjadi kewajiban bagi rakyat untuk mengunjunginya,  bahkan bagi mereka yang berada di pelosok-pelosok atau di tempat-tempat  yang jauh  dari pusat kerajaan. ***