WHY?
Aku benci hari ini datang.
Hari dimana aku harus berdiri didepan semua orang yang
mengenalmu,
dan berbicara seolah-olah aku mampu menyampaikan prakata ini di
hadapan semua orang yang sama-sama sangat menyayangimu.
Aku bagaikan sebuah raga kosong yang mencoba tegar
menghadapi waktu ini.
Aku merasa semua
tak bersahabat. Aku sangat membenci hari ini.
Dan kau tau itu. Sangat tau.
Kematian adalah hukum wajib bagi yang hidup, aku
sungguh sadar itu..
Aku tau dan aku pahami itu, tapi kenapa kau terlalu cepat
meninggalkanku?
Kenapa kau pergi mendahuluiku?
Apakah terlalu besar salahku hingga kau hukum aku
begitu beratnya?
Kau sentak aku begitu hebatnya, kau tampar aku sangat keras
dengan kenyataan tentang kepergianmu..
Taukah siksa ini sangat mengiris, tak ada yang lebih
menyakitkan dibanding melihat seorang sahabat mengantarkan sahabat terkasihnya
ke kubur yang dingin itu.
Membiarkanmu sendiri dalam dinginnya kegelapan yang
aku tau kau sangat membencinya.
Sayang, sejak pertama bertemu hingga hari ini,
kau sosok sahabat yang selalu mengerti
inginku, kau begitu dewasa menjadi seorang kawan dan kau begitu sempurna
menjadi seorang saudara,
kau yang selalu menyelimutiku dengan perasaan tenang,
kau yang menghiburku saat ku resah..
Aku menyesal. Sungguh sangat menyesal, seharusnya aku
bantu kau saat masa-masa sulit itu.. Seharusnya aku yang menegarkanmu, bukan justru
meninggalkanmu dengan segala kesibukanku...
Meskipun aku sangat yakin satu hal, seandainya kau
masih ada pun, aku tau kau takkan marah padaku, kau pasti tetap tersenyum
memandangku, dan ketika tetesan airmataku mulai jatuh kau pasti akan memelukku
erat dan mengusap rambutku seperti yg kau lakukan terhadap orang-orang yg bersedih
dihadapanmu.
Aku tau, aku bukan satu2nya sahabat yg bersedih.
Aku hanya seseorang dari banyak kawan yang juga merasa
kehilangan.
Tapi aku selalu merasa kita ini istimewa, kita punya
kenangan yang begitu banyak, dan kitapun masih punya jutaan impian yang belum
kita lakukan bersama.
Saat ini, aku hanya menuruti semua yang kau mau, semua
yang kau inginkan, semua yang membuatmu lega. Aku memang membuatnya, bahkan
dihari sebelum kepergianmu. Aku menangis pun kau tak peduli. Aku berteriak tak
mampu pun kau tetap tak peduli. Aku hancur kau meminta ini dariku, aku jatuh
kau biarkan ini menimpaku. Aku tersiksa kau buat aku mengalami ini.
Aku sangat takut melawan kenyataan tentang hari ini.
Ini pidato kematianmu, pidato yang sangat ingin kau
dengar dariku. Pidato yang kau minta dariku.
Aku sesunguhnya sudah terjatuh.
Membayangkan hal buruk terjadi padamu pun aku tak
mampu, kenapa kau minta aku menuliskan ini untukmu? Sayang, aku hancur.
Aku akan mengenangmu dalam benak, hati dan ragaku. Kau
tak sadar sebesar apa aku menyayangimu sahabat. Detik inipun aku ingin memelukmu, sangat ingin
memelukmu..
Ini tentang kita, tentang kepergianmu dan tentang pidato kematianmu.
Kaulah ladang hati yang bertabur kasih, dan kutuai
dengan rasa terimakasih. Selamat jalan saudaraku, sahabat yang sangat kucinta.
Aku akan mengingatmu dalam setiap moment yang kita lakukan, dan akan
mendoakanmu dalam tiap tetes air mata yang kujatuhkan. Kau harus tau betapa
bahagiaku mempunyai sahabat yg dikirim langsung oleh Tuhan..
Ndapur, Sisilia Endah Lestari. Beristirahatlah dengan
tenang, tidurlah dalam damai yang kau
damba, bahagialah disana, berkawanlah dengan para malaikat dan jadilah sahabatku lagi di kehidupan
berikutnya.
Bandung, November 2012